Example 728x250
Beranda

Renungan : HMI 75 Tahun.. Masihkah Punya Energi Melanjut ??

90
×

Renungan : HMI 75 Tahun.. Masihkah Punya Energi Melanjut ??

Sebarkan artikel ini


Penulis :
Dr. Abidinsyah Siregar, DHSM, MBA, MKes
(Anggota Dewan Etik MN Kahmi/ Ketua Harian MN Kahmi 2010-2012)

HMI 75 Tahun Masihkah Punya Energi
75 Tahun Bukanlah Waktu yang Pendek

 

GOLANSIA.COM -HMI 75 Tahun Masihkah Punya Energi, 75 Tahun Bukanlah Waktu yang Pendek. Jika hewan sudah banyak yang punah, Jika tanaman, hanya yang di hutan masih bisa bertahan. Jika manusia makin melemah, lebih banyak diam, mengurangi aktivitas dan lebih memilih berfikir untuk mempersiapkan diri jelang kematian.

Bagi HMI, sejak kelahirannya 5 Februari 1947, tidak disebutkan untuk berapa lama.

Tetapi kelahirannya di inspirasi rasa tanggungjawab kaum terpelajar kampus untuk mengawal kemerdekaan Republik Indonesia yang di Proklamasikan pada 17 Agustus 1945 atau 18 bulan sejak Proklamasi Kemerdekaan RI.

Sebanyak 15 orang Mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (STI) sekarang UII Jogyakarta yang dipimpin Lafran Pane (Berasal dari Tapanuli/Tanah Batak), bersama Kartono Zarkasy (asal Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Siti Zainah (Palembang), Maisaroh Hilal (cucu pendiri Muhammadiyah KH.Ahmad Dahlan, asal Singapura), Soewali (Jember), Yusdi Gozali (Semarang, juga pendiri PII), M. Anwar (Malang), Hasan Basri (Surakarta), Marwan (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha Mashudi (Malang), Bidron Hadi (Kauman-Yogyakarta), Sulkarnaen (Bengkulu), dan Mansyur.

Mereka yang berasal dari berbagai latar belakang budaya melihat bahwa Proklamasi 1945 dicetuskan sebagai puncak perjuangan sangat panjang melawan penjajahan total, ratusan tahun, yang akhirnya dicapai atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas.

Kemerdekaan itu segala-galanya dan satu-satunya jalan mewujudkan semua harapan Bangsa Indonesia, dengan Kemerdekaan itu, terbentuk Pemerintah Indonesia yang tugas utama mewujudkan 4 Tujuan Nasional yang disepakati yaitu Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,  Memajukan kesejahteraan umum, Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut Melaksanakan ketertiban dunia.

Guna mencapai Tujuan Nasional, dipilihlah Sistem dan Susunan Negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima nilai dasar cita tersebut telah diberi nama sebelum kelahirannya pada 1 Juni 1945 sebagai Pantja Sila.

Keputusan mendirikan HMI sebagai organisasi Mahasiswa yang bersifat Nasional, yang berdasarkan Islam, sejalan dengan prinsip dasar yang sudah ditetapkan para Pendiri Republik adalah tepat. Pilihan perannya adalah tepat. Penempatan posisinya yang “pasang badan” untuk kepentingan Nasional adalah tepat.

Sejarah menunjukkan, selalu muncul perlahan dan laten, adanya gerakan anti cita-cita Proklamasi.

Kadang tampak suasana ambivalen dalam romantisme politik bagai proses perumusan Konsep dan Dasar Negara era sebelum Merdeka.

Belum lagi upaya paham Sosialisme dan Komunisme yang terus mencoba menggeser jalannya komitmen Proklamasi, yang dilakukan semakin halus dan melenakan.

Sampai saat ini HMI bersama komponen lainnya yang semakin banyak dan beraneka mampu mengawal dan menjadi salah satu yang terdepan membela Bangsa, tanpa pamrih tanpa ragu, berdasar Pancasila, lillahi ta’ala.

 

HMI, Kawal Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Perjalanan Republik ini terasa tidak semakin mudah.

Selain penduduk yang semakin banyak. Sejak kemerdekaan 1945, penduduk negeri ini sudah bertambah lebih 200 juta orang. Sementara sumberdaya alam sumber kebutuhan pangan, sandang dan papan semakin berkurang.

Ini mengundang eksploitasi antar anak Bangsa. Semakin mengaburkan rasa kebersamaan, rasa se Bangsa, sebagaimana janji pada Soempah Pemoeda 1928.

Perilaku hedonisme dan kini muncul Oligarki yang makin mengemuka.

Sesungguhnya ini menunjukkan betapa semakin jauhnya perjalanan Negeri dari Rel nya. Yang pada akhirnya, jika tidak ada upaya kesadaran bersama, maka kita bersama terjerumus pada kehancuran dan kegagalan memegang amanah para Pendiri Republik dan para Pahlawan.

Sungguh mengecewakan.

Bagaimana dengan HMI, Sang Pengawal Proklamasi, yang kini berusia 75 Tahun.

Perjalanan HMI juga semakin berat berliku penuh onak dan duri, bahkan kadang tampak kehilangan fokus, kehilangan keberanian dan ciri dasarnya yang independen  serta keberpihakan kepada kebenaran.

Bagai menjauh dari komitmen mengawal cita-cita Proklamasi 1945.

HMI sudah ditinggal pulang tokoh-tokoh tonggak historik dan spiritualitasnya seperti Lafran Pane HMS Mintareja, Dahlan Ranuwihardjo, Nurcholis Majid, Letjen TNI (Purn) Ahmad Tirtosudiro, Sulastomo, Bang Imad, Zakaria Siregar, Saleh Khalid, Harry Azhar Azis dan banyak lagi.

Tidak salah kalau kita pertanyakan Siapa lagi yang akan menjadi tonggak penjaga arah yang terus menjaga posisi HMI sebagai pengawal terdekat terdepan bersama komponen Bangsa lainnya yang berkomitmen sungguh-sungguh membawa Indonesia mewujudkan cita-cita proklamasi nya.

Duhai HMI, jangan lalai dalam pesona dunia dan kesementaraan.

HMI terlahir didedikasikan untuk Ummat dan Bangsa mewujudkan Indonesia emas 2045

(AS/Jkt-050222).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *