Example 728x250
Beranda

Renungan Hari Kebangkitan Nasional : “Indonesiaku, Kemana Kini Arah Kebangkitanmu?”

141
×

Renungan Hari Kebangkitan Nasional : “Indonesiaku, Kemana Kini Arah Kebangkitanmu?”

Sebarkan artikel ini


Penulis : Dr.Abidinsyah Siregar)*

GOLANSIA.COM – Penjajah/kolonialis Inggris, Portugis, Belanda dan Jepang sudah lama berlalu dari bumi Indonesia. Anehnya politik pecah belah “devide et impera”, cara klasik kaum penjajah justru makin marak sekarang. Sedemikian kerasnya politik pecah belah dilakukan penjajah. Tidak hanya memuja dan menghasut, menyusup dan menanam kebencian, merangkul dan menepiskan, bahkan menggunakan pendekatan agama dan banyak cara lainnya, tetapi semua upaya itu gagal.

Memang kemerdekaan atas nama Indonesia, baru dicapai ratusan tahun kemudian. Namun jika dilihat dari kesukuan, budaya dan wilayah, banyak tempat sudah merdeka, bahkan sebahagian tidak tersentuh penjajahan.

Lamanya perjuangan kemerdekaan, karena ada “roh” yang menghubungkan dan mengikat antar suku, budaya dan wilayah, yang ingin membangun kebersamaan dan persaudaraan serta hidup bersama. Semangat kebangsaan sejak pra kemerdekaan sudah ada dan terus tumbuh.

Sekalipun Indonesia belum ada, namun Nasionalisme sudah menjadi aura elit terpelajar yang mulai sadar perlunya pendekatan politik dalam perjuangan Kemerdekaan. Dari sana mulai ada Gerakan kebangkitan Nasional.

Dalam rangkaian Kebangkitan Nasional itu, terjadilah 2 peristiwa penting yang saling berkaitan. 20 Mei 1908 berdirinya Perkoempoelan Boedi Oetomo dan 28 Oktober 1928 terjadi Soempah Pemoeda. Mengapa Pemuda, karena merekalah  pewaris, penjuru dan pemilik Bangsa dan Negara.

Pendirian Budi Utomo adalah gagasan Dokter Wahidin Soedirohusodo. Awalnya Wahidin yang serin berkeliling kota-kota besar di Jawa untuk mengkampanyekan gagasan mengenai bantuan dana bagi pelajar pribumi berprestasi yang tidak mampu sekolah sekaligus untuk memperbaiki kualitas kehidupan bangsa.

Gagasan itu kemudian disambut Dokter Soetomo dengan didirikannya Organisasi Budi Utomo bersama para pelajar STOVIA (Sekolah Kedokteran) seperti Goenawan Mangoenkoesomo dan Soeraji pada tanggal 20 Mei 1908..

Deklarasi Organisasi Budi Utomo, menunjukkan telah terjadinya pergeseran perjuangan bangsa Indonesia, dari semula dilakukan secara fisik menjadi perjuangan secara politik dan diplomatis. Dan pola perjuangan pun bergeser dari Kedaerahan menjadi Nasional.

Berawal dari Kebangkitan Nasional ditahun 1908, dilanjut dengan Sumpah Pemuda 1928, kemudian Persiapan Kemerdekaan dengan merumuskan Dasar Negara dimulai Mei 1945, hingga deklarasi Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, dan kesepakatan Sistem dan Konstitusi Nasional pada 18 Agustus 1945.

Semua tidak lahir begitu saja, tidak ada saling paksa, para founding fathers berfikir untuk masa depan, untuk waktu tak berbatas, sehingga mereka selalu menemukan Bahasa dan Narasi kebersamaan.  Bayangkan,  mereka menemukan “mantra” kebersamaan yang diakui dunia, yaitu Bhinneka Tunggal Ika.

Apapun isi Konstitusi, apakah ia Tujuan Nasional, Bentuk Negara, Bahasa Nasional, Batas Negara, bahkan Falsafah Negara Pancasila serta Dasar Negara Yang Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi adem, nyaman, bermakna dan abadi ketika, jiwa dan cara fikir anak-anak Bangsa menggunakan mantra Bhinneka Tunggal Ika.

Merobek Kebhinnekaan
Lima tahun terakhir ini, diudara Indonesia tercium aroma busuk kebencian, sesuatu yang belum pernah terjadi.  Kebhinekaan robek dan terpolarisasi menjadi Cebong dan Kadrun, menjadi kaya dan miskin dengan jurang yang semakin menganga.

Luarbiasanya keterbelahan meluas sampai kepada kaum yang mengaku dari Kampus, tempat dimana dicitakan terbangun konstruksi moral dan integritas.

Dan diamnya Parlemen, dimana kekuasaan untuk menjaga rajutan kebangsaan terkunsi mulut dan jiwa nya, demi politik kekuasaan sesaat yang sesungguhnya semu dan palsu, karena ia bukan gene atau DNA kebangsaan dari Bangsa yang kaya budaya dan memiliki Budi yang tinggi.

Keadaan semakin berat, ketika oknum-oknum penyelenggara Pemerintahan ikut-ikutan diam apalagi membiarkan, seperti tak menemukan pasal yang bisa digunakan untuk mengantisipasi dan membuang benih kebencian diantara rakyatnya.

Keterbelahan anak Bangsa, serasa membuat frustrasi sebahagian masyarakat. Tabiat buruk pun menjadi subur, seperti Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang seakan resmi dan terang-terangan.Terbaca seakan, keterbelahan dibiarkan untuk menyerap perhatian sehingga penyimpangan seperti  KKN berjalan mulus luput dari perhatian. Dalam kondisi seperti itu, menjadi sulit membayangkan kearah mana masa depan Indonesia sedang diarahkan.  Apakah masih berkomitmen sejalan dengan cita-cita Proklamasi 1945?.

Masih Bangkitkah Indonesia, Kemana Arah Kebangkitamu
Kita, Bangsa ini, jangan pernah membiarkan kebhinekaan terpolarisasi menjadi Cebong dan Kadrun. Berhentilah! Itu hanya memberi bau busuk dimulut. Dan menjadikan Hati hitam tak punya rasa.

Negeri dan Bangsa ini kaya, bahkan boleh jadi terkaya didunia. Kaya buminya, kaya budayanya, kaya alam dan keindahannya, kaya fauna dan floranya, kaya sumberdaya alam dan manusianya. Inilah potongan surga didunia.

Peristiwa dikeluarkannya Adam dan Hawa dari Surga, adalah peringatan keras Sang Kreator. Setelahnya, jangan pernah lalai dan terlena oleh bisikan kebodohan, kebencian dan kerakusan. Peringatan Kebangkitan Nasional setiap tahunnya, pada hakikatnya mendorong Bangsa untuk semakin bergegas mendekati Tujuan Kemerdekaan.  Semua upaya Nasional, siapapun pelakunya, harus terukur dengan indikator yang memenuhi ke-4 aspek yang tertera pada Tujuan Nasional.

Siapapun yang beruntung memegang kuasa atas modal dan sumberdaya, di negeri ini harus melanjutkan cita-cita para pendiri Republik yaitu apakah Karya atau Produknya sudah Melindungi segenap tumpah darah Indonesia?

Apakah sudah Mencerdaskan Kehidupan Bangsa?

Apakah sudah Memajukan Kesejahteraan Umum, dan Apakah sudah berkontribusi untuk menjadikan Indonesia semakin kuat Untuk ikut menciptakan Perdamaian yang abadi di atas Dunia, agar Bumi menjadi tempat aman, nyaman dan adil bagi semua?

Indonesia, Negara yang pantas memperjuangakan Kebangkitan Dunia, tidak hanya Kebangkitan Nasional.

Jika jawabnya TIDAK, maka tidak bermoral kita memperingati Kebangkitan Nasional saat ini.

Jika jawabnya YA, Semangat Bhinneka Tunggal Ika harus tumbuh subur, sebagai spirit kehidupan berBangsa dan berNegara.

Ia menjadi perilaku sosial di seluruh Indonesia dan dikawal tanpa kompromi oleh kekuatan Nasional oleh seluruh rakyat Indonesia dengan dukungan penuh TNI, Polri maupun Partai Politik.

Saatnya merenungkan, sebelum semua padam. Jiwa, Cita-cita dan Raga.

Selamat sambut Hari KEBANGKITAN NASIONAL, 20 Mei 2022

“Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh”

 

Indonesia, 19 Mei 2022

 

Dr.Abidinsyah Siregar,DHSM,MBA,MKes

*) Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi BKKBN/ Mantan Komisioner KPHI/ Mantan Sekretaris KKI/ Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Ses Itjen Depkes RI/ Direktur Pelay,Kestrad Komplementer Kemenkes RI/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO Searo, Thailand/ Sekretaris Jenderal PP IPHI/ Mantan Ketua Harian MN Kahmi/ Mantan Ketua PB IDI/ Ketua PP ICMI/ Ketua PP DMI/ Waketum DPP JBMI/ Ketua  PP ASKLIN/ Penasehat PP PDHMI/ Waketum PP Kestraki/ Penasehat BRINUS/ Klub Gowes KOSEINDO/ Ketua IKAL FK USU/ PP KMA-PBS/ Wakorbid-1 DPP IKAL-Lemhannas. Pendiri dan Pengasuh media social : www.GOLansia.com dan kanal-kesehatan.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *