Example 728x250
Beranda

“Tidak Bisa Dihentikan, Tetapi Bisa Tangguh”

178
×

“Tidak Bisa Dihentikan, Tetapi Bisa Tangguh”

Sebarkan artikel ini


Renungan Pada Hari Lanjut Usia Nasional, 29 Mei 2022
Tidak Bisa Dihentikan, Tetapi Bisa Tangguh

Penulis : Dr.Abidin* (Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes; Founder media social www.GOLansia.com dan pengasuh Kanal-kesehatan.com)

#Apresiasi Untuk Sang Lansia Tangguh Dr.Radjiman
#Lansia Bukan Masa Lalu Tetapi Masa Depan
#Membaca & Menulis Menurunkan Risiko Hilang Memori 30-50%.

GOLANSIA.COM – Seluruh Negara didunia memiliki Peringatan Hari Lanjut Usia. Ternyata bagi Indonesia, bahwa Komunitas ini bukan “masa lalu” tetapi justru memberi keteladanan, kekuatan dan harapan untuk “masa depan”.

DR.KRT Radjiman menjadi Ketua BPUPKI sekaligus Pimpinan Sidang pertama BPUPKI pada 29 Mei 1945 berusia 66 Tahun, paling tua diantara 70 orang yang mengikuti Sidang ketika itu.

Mari sebentar merenungkan, seorang anak Bangsa berusia 66 tahun, dizaman penuh keterbatasan dan bahkan dalam tekanan, mampu memimpin persidangan yang dihadiri seluruh tokoh perwakilan wilayah Indonesia ketika itu dan perwakilan Kerajaan Jepang, tidak sekedar mempersiapkan tehnis kemerdekaan Indonesia, namun memberikan gagasan cerdas dan filosofis perlunya  Dasar Filosofis Negara Indonesia, yang menjadi cikal bakal terciptanya konstitusi Negara Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945.

Dr. KRT. Radjiman Sang Lansia Tangguh
Mari kita kenali Sang Lansia Tangguh Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat lebih dekat. Lahir di Desa Melati, Kampung Glondongan, Yogyakarta hari Senin 21 April 1879. Sekalipun dari “rakyat bawah” tidak menyurutkan semangat Radjiman muda mengenyam pendidikan sampai ke Batavia (Jakarta sekarang) hingga ke Belanda. Radjiman meraih gelar Dokter pada usia 20 tahun. Kemudian ia bekerja sebagai dokter di rumah sakit di Batavia.

Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat Foto : Istimewa

Kerjakeras dan suksesnya di dunia medis membuat posisinya sejajar dengan dokter-dokter Belanda. Saat bertugas ke pelosok tanah air tak jarang Dr.Radjiman melihat perlakuan tidak adil Belanda terhadap warga pribumi. Itu menjadi salah satu alasannya memutuskan berhenti dari pegawai pemerintahan Belanda pada 1905.

Kemudian Dr. Radjiman bekerja di Kraton Surakarta sebagai dokter kraton. Pakubuwono X merasa takjub pada sikap dan pengabdiannya, sehingga memberikannya gelar Wedyodiningrat. Gelar ini menempatkan Dr.Radjiman menjadi bahagian dari lingkaran Istana atau Kraton.

Status ini mendorong Radjiman mudah terjun kedunia politik praktis. Bergabung dengan organisasi Budi Utomo, yang menggagasi Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908.

Dokter Radjiman adalah sosok yang “tidak bisa diam”, kaya dengan gagasan cerdas, sekalipun usia lanjut, ia dipercaya menjadi Ketua dan memimpin sidang pertama BPUPKI di Batavia Jakarta pada 29 Mei 1945 yang menghasilkan Keputusan Penting Rancangan Kemerdekaan Indonesia dan Rancangan Konstitusi dan Dasar negara. Menghadirkan benih keBhinnekaan mewujudkan Indonesia yang Merdeka, Bersatu, Adil dan Makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dedikasi luarbiasa dari Sang Lansia tangguh Dokter Radjiman Wedyodiningrat tentu menginspirasi Generasi penerus bangsa Indonesia.

Presiden Soeharto menetapkan 29 Mei 1996 sebagai hari Lanjut Usia Nasional. Kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 6 November 2013 menetapkan dan menganugrahi Dokter KRT Radjiman Wedyodiningrat sebagai Pahlawan Nasional.

Bagaimana Kondisi Lansia
Memperingati Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) merupakan bentuk apresiasi kepada semangat, jiwa dan raga, serta kiprah Lanjut usia Indonesia mempertahankan Kemerdekaan, memelihara api Proklamasi dan terus bekerja untuk mengisi Kemerdekaan mewujudkan cita-cita Proklamasi 1945.

Tahun 2022 HLUN diperingati dengan Tema “LANSIA SEHAT INDONESIA KUAT”. Kini kita tidak lagi bicara soal Kemerdekaan apalagi menyusun Dasar Negara. Semua sudah selesai, Lansia dan elemen bangsa sudah berkontribusi nyata.

Tantangan terkini bagi Bangsa, adalah seperti apa kondisi dan kualitas Kesehatan seluruh rakyat Indonesia. Dari berbagai sumber diketahui bahwa kita berada dalam “dilema” multy burden desease.

Mantan Menkes RI Ibu Prof.Dr.Nila F.Moeloek, tahun 2018 pernah mengatakan bahwa Indonesia sedang menghadapi Transisi Epidemiologi. Pertama, terjadi pergeseran dari Penyakit Menular kearah Penyakit Tidak Menular, yang ditandai dengan meningkatnya Penyakit Jantung, Gagal ginjal, Diabetes, Kanker dsb. Kedua terjadi pula ancaman penyakit baru seperti Flu burung, Ebola dan TBC dengan resistensi/kebal Obat. Sementara, ketiga, Penyakit Menular belum tuntas, ditandai dengan ramainya penyakit Deman Berdarah, TBC, Malaria, HIV/AIDS dan Kecacingan.

Belakangan muncul pula ancaman baru Penyakit zoonosis (berasal dari hewan) yaitu Cacar Monyet yang berasal dari Virus monkeypox (dengan kode MPXV).

Sejak akhir 2019, dunia didera oleh Coronavirus yang berasal dari kota Wuhan China. Yang kemudian karena sudah menyebar cepat lintas benua dan belum ditemukan obatnya, Direktur Jenderal WHO Dr.Tedros mengumumkan pada 12 Maret 2020, sebagai Pandemi dan diberi nama Pandemi Covid-19.

Hingga saat ini dunia masih mengalami Pandemi, data keadaan pada 26 Mei 2022, tercatat di Indonesia lebih 6 juta orang sudah terinfeksi, dengan kematian sebanyak 156.573 orang. Keadaan masih rawan karena masih ada Kasus aktif sebanyak hampir 3.000 orang dan kematian 8 orang.

Bagaimana posisi kerentanan Lanjut Usia, berusia diatas 60 tahun di Indonesia?. Dari data yang dipublikasikan Kemenkes kemarin terlihat pada Grafik, bahwa dari semua kasus terpapar Covid-19 ada 11% adalah Lanjut usia, tetapi Kematian dari semua kasus 47,5% adalah Lanjut usia. Hampir setengah dari semua kematian adalah Lansia!.

Lima terbanyak penyebab kematian pada Lansia adalah karena Diabetes melitus, Hipertensi, Penyakit jantung, Penyakit ginjal, Penyakit Paru Kronis dan Kanker. Sering Lansia mengidap lebih dari 2 penyakit.

Upaya Mewujudkan Lansia Sehat, Indonesia Kuat
Riset Kesehatan Dasar (Balitbang Kesehatan Kemenkes 2018) mencatat bahwa  Prevalensi Diabetes Melitus meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018, Hipertensi meningkat dari 25,8% menjadi 34,1%. Perilaku merokok pada remaja juga meningkat dari 7,2 % menjadi 9,1%. Merokok mendorong peningkatan prevalensi Penyakit Jantung, Paru Kronis dan Kanker.

Sementara itu, sesuai anjuran WHO agar berperilaku hidup sehat dengan perilaku makan buah dan sayur yang cukup, yakni 5 porsi perhari. Kita baru mencapai 5 %.

Masalah lain, yang sesungguhnya paling mudah, tidak butuh peralatan dan tidak berbiaya, namun langsung bermanfaat dengan rasa segar, bugar dan nyaman, yaitu aktivitas fisik. Perilaku aktivitas fisik setidaknya 2-3 kali seminggu selama minimal 30 menit, masih 33,5 % penduduk diatas usia 10 tahun yang kurang aktivitas fisiknya.

Suatu penelitian yang pernah dilakukan di Bantul Jogyakarta, yang meneliti hubungan level olahraga dengan kualitas hidup lansia menunjukkan bahwa partisipasi aktif para lansia dalam kegiatan olahraga pada Posyandu Lanjut usia, menunjukkan tingginya kualitas kesehatan fisik dan kualitas kesehatan mental pada mayoritas lansia.

Indonesia sudah memasuki periode Aging Population (populasi menua) sebagai akibat semakin panjangnya Umur Harapan Hidup. Kini populasi lansia sudah menembus 10%, dari sebelumnya 9,7% atau 25,9 juta pada tahun 2019. Jumlah lansia akan terus meningkat, dimana pada tahun 2035 menjadi hampir 50 juta atau 48,2 juta.

Ancaman tersembunyi dibaliknya adalah semakin cepatnya proses penuaan dan peningkatan tajam prevalensi demensia (penyakit lupa) yang akan bermuara pada beban ekonomi yang besar, karena setiap lansia akan membutuhkan orang lain dan butuh perawatan jangka Panjang/long term care.

Banyak upaya Pemerintah untuk melayani dan mempertahankan kualitas Lansia melalui Posyandu Lansia.

Pengalaman penulis, saat datang (sambil olahraga Jalan atau Gowes) melihat dan bertanya pada petugas Puskesmas, tampaknya pendekatan pelayanan kesehatan Lansia, masih berbasis penyakit, artinya Lansia baru tercatat, terlayani dan mendapat Buku Pedoman Bagi Lansia jika mereka datang karena sakit ke Puskesmas. Akibatnya daya jangkau (Coverage Service) lansia masih sangat kecil.

Perlu kolaborasi sinergistik dengan Penyuluh KB yang memiliki data by name by address, sehingga tidak satupun lagi lansia “terabaikan” dalam pelayanan.

Lansia, mulai usia 60 tahun mengalami sindroma lupa. Pada usia 70 tahun sekitar 20% mulai pikun. Perhatikan bahaya yang mempercepat penurunan kualitas kesehatan lansia seperti faktor genetik, merokok, hipertensi, polusi, depresi, cedera fisik (jatuh), stres,  dan terkini kemungkinan radiasi gadget HP.

Yuda Turana pegiat dari organisasi Alzheimer Indonesia (lihat Jurnal Keluarga BKKBN) mengingatkan langkah protektif, dengan melakukan aktivitas sosial, mental, aktivitas fisik, dan diet dengan banyak mengonsumsi ikan dan sayuran. Ada beberapa kegiatan yang bisa menstimulasi otak. Misalnya olahraga.

Olahraga membantu memperbanyak protein utama yang mengatur pemeliharaan, pertumbuhan, bahkan kelangsungan hidup neuron. Olahraga dapat meningkatkan ukuran hipokampus dan mempertajam ingatan. Olahraga juga dapat menurunkan kecemasan. Tapi syaratnya olahraga yang menyenangkan dan terprogram atau dilakukan secara teratur. Seperti berjalan kaki 10-30 menit dapat meningkatkan regenerasi aksonal dari neuron sensorik.

Semakin banyak melakukan kegiatan stimulasi, seperti membaca, menulis, bermain puzzle, bermain kartu permainan, memainkan atau mendengarkan musik, diskusi,  melakukan kerajinan tangan akan menurunkan risiko kehilangan memori 30-50%.

Aktivitas sosial yang dapat mencegah penurunan kognitif  (daya ingat) di usia tua adalah bepergian,   jalan-jalan, kerja sosial/relawan, bertemu/reuni dengan teman atau famili, partisipasi dalam kelompok, dan juga melakukan ibadah.

Memperlambat penuaan bisa dilakukan dengan menggabungkan komponen aktivitas fisik, aktivitas mental dan aktivitas social..

#KITA TIDAK DAPAT MENGHENTIKAN PENUAAN, TETAPI KITA BISA MEMPERLAMBAT, BAHKAN BISA MENJADI LANSIA TANGGUH, TANGGUH DAN SEHAT, MENJADI BAHAGIAN DARI INDONESIA KUAT

Selamat Hari Lanjut Usia Nasional 2022

Jakarta, Sunterjaya 29 Mei 2022

*Penulis : Dr.Abidinsyah Siregar,DHSM,MBA,MKes

Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi BKKBN/ Mantan Komisioner KPHI/ Mantan Sekretaris KKI/ Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Ses Itjen Depkes RI/ Direktur Pelay,Kestrad Komplementer Kemenkes RI/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO Searo, Thailand/ Sekretaris Jenderal PP IPHI/ Mantan Ketua Harian MN Kahmi/ Mantan Ketua PB-IDI/ Ketua PP-ICMI/ Ketua PP-DMI/ Waketum DPP-JBMI/ Ketua  PP ASKLIN/ Penasehat PP-PDHMI/ Waketum PP-Kestraki/ Penasehat BRINUS/ Klub Gowes KOSEINDO/ Ketua IKAL FK USU/ PP KMA-PBS/ Wakorbid-1 DPP IKAL Lemhannas.

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *