Example 728x250
BerandaPenyakit Tulang

Penyebab dan Faktor Resiko Patah Tulang Pinggul, Penyakit Yang Umum Dialami Wanita Lansia

257
×

Penyebab dan Faktor Resiko Patah Tulang Pinggul, Penyakit Yang Umum Dialami Wanita Lansia

Sebarkan artikel ini
tulang-pinggul


Patah tulang pinggul atau fraktur femur proksimal adalah kondisi dimana tulang paha bagian atas yang terletak di dekat persendian pinggul mengalami keretakan atau patah. Kondisi tulang ini termasuk cedera serius yang sangat berpengaruh pada kemampuan dan kemandirian hidup seseorang. Patah tulang bagian ini juga merupakan patah tulang yang banyak dialami oleh wanita di masa tuanya.

Penyebab Patah Tulang Pinggul

Patah tulang pinggul sebenarnya bukan hanya terjadi pada wanita lansia namun juga bisa pada siapapun. Hanya saja pada usia muda, tulang cenderung masih kuat sehingga bisa menahan benturan yang tidak terlalu keras. Berbeda dengan kondisi tulang pada usia tua yang mulai keropos dan mengalami penurunan kekuatan.

Jika patah tulang pinggul pada usia muda terjadi sebab benturan sangat keras seperti akibat kecelakaan atau cedera olahraga, patah tulang pinggul pada usia tua bisa hanya disebabkan karena jatuh dari tempat rendah. Lansia memang mudah jatuh mengingat gangguan kesehatan termasuk penglihatan sering muncul pada usianya.
Namun untuk penderita osteoporosis, patah tulang ini sangat mudah terjadi bahkan hanya karena melakukan gerakan sederhana seperti berdiri dan gerakan memuntir. Hal ini karena kondisi tulang penderita yang memang sangat lemah. Jadi patah tulang ini bisa disebabkan karena trauma tulang maupun tanpa trauma.

Faktor Resiko Patah Tulang Panggul
Usia dan osteoporosis memang berpengaruh pada resiko terkena masalah patah tulang yang satu ini. Tapi beberapa faktor lain juga turut meningkatkan resiko seseorang untuk mengalaminya. Diantara faktor-faktor tersebut adalah:

1. Jenis kelamin. Wanita lebih beresiko terkena patah tulang pinggul dibanding pria. Hal ini karena saat menopause, hormon estrogen pada wanita menurun sehingga tulang lebih cepat kehilangan kepadatannya. Bahkan diperkirakan sekitar 80% penderita patah tulang pinggul merupakan wanita.

2. Kurangnya asupan kalsium dan vitamin D. Kedua nutrisi tersebut sangat penting untuk menjaga kesehatan dan kepadatan tulang. Oleh karena itu, kekurangan nutrisi-nutrisi tersebut akan membuat tulang lebih cepat keropos dan mudah mengalami patah termasuk pada tulang pinggul.

3. Riwayat keluarga. Orang yang memiliki riwayat keluarga dengan patah tulang pinggul beresiko lebih tinggi dibanding orang yang tidak memilikinya.

4. Tidak aktif bergerak. Aktivitas fisik seperti olahraga ringan berupa berjalan, berlari, atau bersepeda akan melatih dan memperkuat tulang serta otot. Tidak halnya dengan tidak aktif bergerak yang membuat tulang lemah sehingga mudah mengalami patah tulang.

5. Merokok dan konsumsi alkohol. Dua kebiasaan buruk ini akan menghambat proses pembentukan dan pemulihan tulang sehingga tulang yang terbentuk lebih rapuh dan rentan patah.

6. Adanya masalah kesehatan. Kondisi medis juga berpengaruh pada resiko terkena patah tulang ini. Hal ini karena jika tubuh mengalami masalah kesehatan maka penyerapan nutrisi tulang menjadi tidak maksimal.

7. Konsumsi obat-obatan tertentu. Seperti penggunaan steroid dalam waktu yang lama untuk menangani asma atau PPOK (penyakit paru obstruktif kronik).

Gejala Patah Tulang Panggul

Saat mengalami patah tulang panggul, seseorang akan merasakan beberapa gejala yang merupakan tanda patahnya tulang. Gejala-gejala tersebut antara lain adalah:
• Rasa sakit yang hebat pada bagian pinggul dan selangkangan.
• Kaki tidak bisa digerakkan, diangkat atau diputar.
• Memar, lebam, bengkak, dan kaku pada area pinggul dan sekitarnya.
• Tidak bisa berdiri atau menggunakan kaki di bagian pinggul yang cedera sebagai tumpuan.
• Panjang kaki pada bagian pinggul yang cedera cenderung lebih pendek dari sisi yang lain.
• Pada sisi yang cedera, kaki nampak melenceng atau mengarah ke luar.

Pengobatan Patah Tulang Panggul

Setelah positif mengalami patah tulang panggul, dokter biasanya akan menganjurkan pasien untuk segera menjalani operasi. Kemudian dilanjutkan dengan rehabilitasi dan konsumsi obat-obatan. Untuk operasi sendiri terdapat beberapa jenis yang dilakukan sesuai dengan kondisi pasien. Jenis-jenis operasi tersebut antara lain:

1. Fiksasi Internal
Operasi ini dilakukan untuk perbaikan pinggul dengan menyusun ulang dan merekatkan kembali patahan-patahan tulang agar utuh seperti semula. Kondisi patah tulang dengan prosedur ini biasanya jenis intrakapsular yang stabil dan posisi tulang bergeser tidak terlalu jauh ataupun jenis ekstrakapsular yang bertujuan mengembalikan patahan tulang ke posisi awal.

2. Penggantian Sebagian Sendi Pinggul
Jika tulang tidak dapat diperbaiki lagi, maka operasi penggantian sendi tulang pinggul adalah langkah yang diambil. Pada prosedur ini dokter akan mengganti pangkal tulang paha yang terdapat dalam soket sendi dengan prostesis atau tulang buatan. Yang ini berarti hanya sebagian sendi pinggul yang diganti.

3. Penggantian Seluruh Sendi Pinggul
Untuk pasien dengan artritis atau yang mengalami penurunan fungsi sendi karena cedera sebelumnya, operasi penggantian seluruh sendi panggul akan menjadi pilihan. Cara ini dilakukan dengan menanam soket sendi dan pangkal tulang paha tiruan untuk menggantikan yang asli.

Setelah melakukan operasi, penderita patah tulang pinggul akan menjalani rehabilitasi untuk mempercepat pemulihan. Program rehabilitasi yang diberikan pada setiap pasien berbeda-beda tergantung dengan kondisi pasien itu sendiri. Pertimbangannya meliputi tipe operasi, kondisi kesehatan, dan kemampuan pasien untuk bergerak.
Selain operasi dan rehabilitasi, langkah pengobatan lanjutan lainnya adalah konsumsi obat-obatan. Obat yang diresepkan oleh dokter diperlukan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pada pinggul serta menurunkan resiko terjadinya kembali patah tulang ulangan pada pinggul di kemudian hari.

Hal yang tidak kalah penting dalam proses pemulihan patah tulang ini adalah perbaikan pola hidup, pembatasan aktivitas dan kehati-hatian. Namun sebelum didiagnosis positif menderita penyakit ini, akan lebih baik jika Anda terus menjaga kesehatan tulang dan rutin memeriksakan kondisinya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *