Example 728x250
Beranda

Menyelamatkan Generasi Emas 2045 Bersama BKKBN

154
×

Menyelamatkan Generasi Emas 2045 Bersama BKKBN

Sebarkan artikel ini


Harapan 2022-2024
BKKBN Ditantang Menyelamatkan Generasi Emas 2045
#Tahun Baru, Energi Baru dan Semangat Baru

Penulis : Dr.Abidinsyah Siregar* (Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes)

Indonesia dalam perjalanan mewujudkan janji kemerdekaannya, menjadi Bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dan ujungnya mewujudkan Keadilan Sosial.

Sebagaimana diingatkan pada setiap apel senin. Dibacakan Pembukaan UUD 1945, yang antara lain menyebutkan suasana ditahun 1945, “perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.

Dan ujungnya, terwujudnya ultimate goal kita sebagai Bangsa yaitu “Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Ujung ini diharapkan sudah terwujud dalam masa menuju 100 tahun kemerdekaan RI, yakni tahun 2045 atau sekitar 23 tahun lagi (Note : Amerika Serikat baru terlihat wujudnya setelah lebih 150 tahun sejak kemerdekaannya Tahun 1776).

Kita mengimpikan 100 tahun kemerdekaan, sesuai waktunya merupakan masa keemasan Indonesia, dan tentu itu diisi oleh para Generasi Emas 2045. Ditangan merekalah semua impian janji Proklamasi diwujudkan dan terwujud, dengan demokrasi yang cerdas, bermartabat, didukung Keluarga berkualitas, mempraktikan 8 (delapan) Fungsi keluarga yaitu : berkualitas dalam Fungsi Agama, Fungsi Sosial Budaya, Fungsi Cinta Kasih, Fungsi Perlindungan, Fungsi Reproduksi, Fungsi Pendidikan, Fungsi Ekonomi dan Fungsi Lingkungan. Sungguh Keluarga Pancasilais.

 

Apel Pertama dengan Kehadiran ASN 100%

Dalam Apel Disiplin dan Kebangsaan pada Senin 3 Januari 2022 yang dipimpin langsung DR (HC).Dr.Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), Kepala BKKBN dihadiri seluruh ASN menandai dimulainya Bekerja Dari Kantor (Work From Office/WFO) dengan kehadiran 100%. Ini menjadi apel pertama sejak 2020 akibat Pandemi Covid-19. Apel yang dihadiri lengkap para Pejabat Tinggi Madya dan PT Pratama serta Pejabat Fungsional dan Staf serta diikuti secara Nasional melalui media zoom, mengambil thema  “Tahun Baru, Energi Baru dan Semangat Baru”

Tata Upacara mengalami perubahan, dimana Bendera Sang Saka Merah Putih sudah posisi terpasang berkibar ditiang tinggi, sehingga peserta upacara tinggal memberi penghormatan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Demikian pula Pembacaan Pembukaan UUD 1945 dan Pembacaan Sapta Prasetya Korpri, tidak lagi dibawa Petugas kehadapan Pembina Upacara, tetapi langsung dibacakan dari posisi berdiri bersama petugas doa dll.

Kepala BKKBN dalam sambutannya baik tertulis maupun yang diselingi tidak tertulis dihadapan peserta upacara dibawah komando Perwira Upacara Drs.Putut Riyanto,MSi (Kepala Biro Umum BKKBN) menyampaikan sejumlah tantangan yang akan dihadapi di tahun 2022.

 

BKKBN Mendapat Amanat Penguat Bangsa

Presiden Jokowi untuk kali kedua memberikan amanat penting yang menyiratkan kepedulian Pemerintah yang sangat besar terhadap Ketahanan Keluarga melalui penguatan Kualitas keluarga.

Tahun 2016 awal Presiden Jokowi melakukan Pencanangan Kampung KB di Desa nelayan Mertasinga, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Sejak saat itu, kini ada lebih 15.000 Kampung KB di seluruh Indonesia.

Wikayah “legokan” pada Desa atau Dusun yang terlemah dan paling bermasalah dengan kehidupan sangat sangat rendah bahkan buruk kualitas infrastruktur dan lingkungannya, banyak ditemukan bayi dan balita dengan kondisi fisik yang buruk.

Presiden minta lokasi Kampung KB di tiap Kabupaten dan Kecamatan adalah, merupakan Desa termiskin (diambil dari Data BPS dan Kemensos) dan Desa dengan Kepesertaan Ber-KB nya paling rendah (Data Basis BKKBN). Dengan kedua indikator itu, kita akan menemukan “legokan”, wilayah Desa atau Dusun yang terlemah dan paling bermasalah. Dimana kehidupan sangat sangat rendah bahkan buruk kualitas infrastruktur dan lingkungannya, dan ditemukan banyak bayi dan balita dengan kondisi fisik yang buruk, sering pula ditemukan anak usia 10 tahun tampak seperti anak usia 5 tahun dan diusia sekolah belum bersekolah.

15.000 Kampung KB dikeroyok Lintas Sektoral dikordinir aparat setempat dan unsur BKKBN secara gotongroyong. Kini banyak kisah sukses mulai terdengar dan jadi contoh model kemajuan.

Dapat dibayangkan, jika semua legokan (wilayah terlemah) itu terangkat semua indicator suksesnya, maka masalah besar dalam keadilan dan kesejahteraan sudah boleh dikatakan mulai teratasi. Ini masalah mendasar, Hak Azasi Manusia.

DR.Hasto mengingatkan kembali bahwa, Bapak Presiden Jokowi telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 yang menugaskan BKKBN (kembali) sebagai koordinator penanganan penurunan stunting.

Ini tugas baru dan menantang. Semula banyak yang terheran dan anggap salah penugasan kepada BKKBN. Tetapi lambat laun setelah dipahami bahwa konsep pencegahan Stunting bukan bermula dari sudah terjadi (alias sudah jadi beban dan lost generation), tetapi dimulai sejak Remaja yang harus paham Kesehatan Reproduksi agar tidak menikah dini dan tahu jaga alat reproduksinya, juga meningkatkan pengetahuan mendasar kehidupan berkeluarga bagi Calon Pengantin, disamping pemahaman selama masa kehamilan, masa menyusui bayi dan saat mendampingi sang anak dalam masa tumbuh kembangnya sampai usia 5 tahun.

Jika selama masa itu, yang bisa mencapai rentang waktu 10 tahun bagi setiap manusia Indonesia, maka pada saat ia berusia 8-10 tahun, ia tidak lebih kerdil dan kurus dibanding rekan sebaya sesekolahnya di kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar, tetapi sang guru pun membuktikan bahwa sang anak tidak mempunyai masalah dengan kognitifnya atau kecerdasannya. Ini juga masalah Hak Azasi Manusia, memutus Lost Generation (menjadi generasi yang hilang).

Pengawasan yang ketat pada semua faktor yang dapat mengundang Risiko Stunting, terutama sejak Remaja, menjadi upaya yang efektif.

BKKBN bersama unsur Kementerian dan Lembaga terkait sesuai Perpres 72/2021 harus kompak dan sinergistik dilapangan. Kita berhadapan dengan prevalensi risiko stunting yang tidak kecil, diperhitungkan ada sekitar hampir 30%, yang jika diangkakan dari dari jumlah kelahiran rerata pertahun 4,5-5 juta kelahiran maka ada 1,5 juta anak dengan risiko Stunting. Saat ini diperhitungkan sudah ada 11 juta anak Stunting. Ini tentu tidak boleh bertambah lagi.

Caranya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap semua faktor yang dapat mengundang Risiko Stunting sejak Remaja. Keterlibatan seluruh potensi Masyarakat perlu menjadi perhatian. Masyarakat adalah kunci sukses.

Komunitas Sehat Indonesia (KOSEINDO) beberapa waktu yang lalu, dalam memperingati HUT ke-VII komunitas Gowes nya di Rumah Sakit Polri Bhayangkara Tk.I R.Said Sukanto, Kramat- Jakarta, bersama petinggi Kesehatan POLRI, TNI, BKKBN beserta RS Swasta lainnya, meresmikan Klinik Deteksi Risiko Stunting dan Stimulasi Tumbuh Kembang, yang boleh jadi Pertama di Indonesia.

 

Bangga Kencana – Berencana Itu Keren

Kepala BKKBN DR.Hasto memberikan semangat kepada seluruh jajarannya untuk tetap bekerja keras dan cerdas. Mengamati semua permasalahan-permasalahan program  yang terjadi di daerah, agar BKKBN Provinsi dan OPD KB Kab/Kota terbantu. Menggandeng mitra-mitra untuk membantu program Bangga Kencana. Menurut data SSGI yang telah dirilis data stunted sebesar 24,4% turun 3,3% dari 27,7%. Ini berarti harus menurunkan sebesar 13% untuk mencapai target nasional di tahun 2024. Tinggal 2 (dua) tahun lagi, berarti setiap tahunnya harus menurunkan 7%.

Bangga Kencana adalah pendekatan milenial dalam mempersiapkan era Generasi Emas, saat Indonesia 100 Tahun kemerdekaannya. Pendekataan ini menempatkan Pembangunan Keluarga (BANGGA) menjadi dikedepankan, setelah era Kependudukan (dengan sukses migrasi lewat Transmigrasi) dan Program KB/Keluarga Berencana (dengan sukses menurunkan TFR dari 5,8 ditahun 1970, dan kini menjadi 2,24 turun terus dari 2,4 hasil SDKI 2017) yang disebut KENCANA.

Dalam menghadapi tantangan Program belakangan ini seperti Pelayanan KB yang “terganggu Pandemi Covid-19”, Vaksinasi Keluarga, Pencegahan Stunting, Penyiapan Tim Pendamping Keluarga (risiko Stunting), membangun Kemitraan yang kuat dan semua yang terkait, BKKBN menerapkan  Budaya Kerjanya yaitu KEREN yang dibaca dari 3 huruf KRN.

  • Pertama K : Kerja Tuntas. Artinya SDM BKKBN perlu menunjukan sikap bertanggung jawab, disiplin, bekerja efektif dan efisien, transparan, memberikan hasil terbaik, dapat bekerjasama, tepat waktu dan memiliki inovasi dan kreativitas.
  • Kedua R : Responsif. Artinya SDM BKKBN bisa menunjukan sikap selalu siap pada saat dibutuhkan, memberikan pelayanan terbaik, memiliki komunikasi yang baik, cepat beradaptasi dengan perubahan, dapat diandalkan dan proaktif.
  • Ketiga N : Nilai Luhur. Artinya memiliki sikap empati, menjadi tauladan, optimis, berani mengambil tindakan yang benar, memiliki jiwa kepemimpinan, dapat dipercaya, memiliki integritas yang tinggi dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila.

Budaya Kerja KEREN, tentu akan memperkaya Nilai Dasar/Core value ASN yang telah diluncurkan Bapak Presiden pada 30 Juli 2021 yaitu ‘BerAKHLAK’ dan Employer Branding ‘Bangga Melayani Bangsa’. BerAKHLAK merupakan singkatan dari Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. ASN harus mempunyai orientasi untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Dengan Program Bangga Kencana didukung Tagline Berencana Itu Keren, serta dengan Core Value BerAKHLAK dan Branding ASN yang Bangga Melayani Bangsa, BKKBN Siap menjadi terdepan, dan Bangkit kembali melanjutkan sejarah kegemilangannya untuk Keluarga Indonesia dan mewujudkan Indonesia Emas 2045.

 

#Tahun Baru, Energi Baru dan Semangat Baru

Jakarta, 3 Januari 2022

*) Dr.Abidinsyah Siregar,DHSM,MBA,M.Kes :

Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Deputi Bidang BKKBN 2014-2017/ Komisioner KPHI 2013-2019/ Sekretaris KKI 2006-2008/ Kepala Pusat Promkes Depkes RI 2008-2010/ Ses.Itjen Depkes 2010-2011/ Direktur Bina Yankes Tradkom Kemenkes 2011-2013/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO Searo, Thailand/ Mantan Ketua MN Kahmi/ Mantan Ketua PB IDI/ Sekjen PP IPHI/ Ketua PP ICMI/ Ketua PP DMI/ Waketum DPP JBMI/ Ketua PP ASKLIN/ Penasehat BRINUS/ Penasehat Klub Gowes KOSEINDO/ Ketua IKAL FK USU/ Penasehat PP KMA-PBS/ Penasehat PP PDHMI/ WaKorbid.Orbida dan Taplai DPP IKAL-Lemhannas/ Pengasuh media sosial GOLansia.com dan Kanal-kesehatan.com

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *